Proses Bubut ( Turning )
Benda kerja dipegang oleh pencekam yang dipasang di ujung poros utama ( spindel ). Dengan mengatur lengan pengatur, yang terdapat pada kepala diam, putaran poros utama ( n ) dapat dipilih. Harga putaran poros utama umumnya dibuat bertingkat, dengan aturan yang telah distandarkan, misalnya : 630, 70, 800, 900, 1000, 1120, 1250, 1400, 1600, 1800, dan 2000 rpm.Untuk mesin bubut dengan putaran motor variable, ataupun dengan system transmisi variable, kecepatan putaran poros utama tidak lagibertingkat melainkan berkesinambungan ( continue ). Pahat dipasangkan pada dudukan pahat dan kedalaman potong ( a ) diatur dengan menggerserkan peluncur si;ang melalui roda pemutar ( skala pada pemutar menunjukan selisih harga diameter, dengan demikian kedalaman gerak translasi bersama – sama dengan kereta dan gerak makannya diatur dengan lengan pengatur pada rumah roda gigi. Gerak makan ( f) yang tersedia pada mesin bubut bermacam – macam dan menurut tingkat yang telah distandarkan, misalnya : …, 0.1, 0.112, 0.125, 0.14, 0.16, … ( mm / (r) ).
Elemen dasar dari proses bubut dapat diketahui atau dihiutng dengan menggunakan rumus. Kondisi pemotongan ditentukan sebagai berikut,
Benda Kerja : do = diameter mula ( mm ),
dm = diameter akhir ( mm ),
lt = panjang pemesinan ( mm ),
Pahat : kr = sudut potong utama ( ° ),
γo = sudut geram ( ° ),
Mesin Bubut : a = kedalaman potong ( mm ),
a = ( do – dm ) / 2 ( mm ), ..................................... ( 2.1 )
f = gerak makan ( mm / (r) ),
n = putaran poros utama ( benda kerja ) ( (r) / min ).
Elemen dasar dapat dihitung dengan rumus – rumus berikut,
1. Kecepatan Potong
v = π.d.n / 1000 ( m / min ), ................................ ( 2.2 )
Gambar 3.1 Proses Bubut
Dimana, d = diameter rata – rata*, yaitu ,
d = ( do + dm ) / 2 – do ( mm ), ……………( 2.3 )
*Atau diameter mula do, karena perbedaan do dengan dm relative kecil.
2. Kecepatan Makan
( mm / min ), …………………………….( 2.4 )
3. Waktu Potong
tc = lt / vf ( min ), ………………….………………( 2.5 )
4. Kecepatan Penghasilan Geram : Z = A . V
Dimana, penampang geram sebelum terpotong A = f . a ( mm2 )…………….... ( 2.6 )
Maka Z = f.a.v ( cm3 / min ), …………………………….…( 2.7 )
Sudut potong utama ( kr, principal cutting edge angle ) yaitu merupakan sudut antara mata potong mayor ( proyeksinya pada bidang referensi ) dengan kecepatan makan vf. Besarnya sudut tersebut ditentukan oleh geometri pahat dan cara pemasangan pahat pada mesin perkakas ( orientasi pemasangannya ). Untuk harga a dan f yang tetap maka sudut ini menentukan besarnya lebar pemotongan ( b, width of cut ) dan tebal geram sebelum terpotong ( h, undeformed chip thickness ) sebagai berikut :
o Lebar Pemotongan
b = a / sin kr ( mm ), ……………………….……( 2.8 )
o Tebal Geram Sebelum Terpotong
h = f sin kr ( mm ), ……………………….…………( 2.9 )
Dengan demikian, penampang d\geram sebelum terpotong dapat ditulis sebagai berikut :
A = f . a = b . h ( mm2 )
Perlu dicatat bahwa tebal geram sebelum terpotong ( h ) belum tentu sama dengan tebal geram ( hc, chip thickness ) dan hal ini antara lain dipengaruhi oleh sudut geram ( γo ), kecepatan potong dan material benda kerja.
Gambar 3.2 Mesin Bubut ( Lathe )
Teori & Teknologi Proses Pemesinan, Taufiq Rochim 1993