Selasa, 09 Februari 2010

bubut

Proses Bubut ( Turning )

Benda kerja dipegang oleh pencekam yang dipasang di ujung poros utama ( spindel ). Dengan mengatur lengan pengatur, yang terdapat pada kepala diam, putaran poros utama ( n ) dapat dipilih. Harga putaran poros utama umumnya dibuat bertingkat, dengan aturan yang telah distandarkan, misalnya : 630, 70, 800, 900, 1000, 1120, 1250, 1400, 1600, 1800, dan 2000 rpm.Untuk mesin bubut dengan putaran motor variable, ataupun dengan system transmisi variable, kecepatan putaran poros utama tidak lagibertingkat melainkan berkesinambungan ( continue ). Pahat dipasangkan pada dudukan pahat dan kedalaman potong ( a ) diatur dengan menggerserkan peluncur si;ang melalui roda pemutar ( skala pada pemutar menunjukan selisih harga diameter, dengan demikian kedalaman gerak translasi bersama – sama dengan kereta dan gerak makannya diatur dengan lengan pengatur pada rumah roda gigi. Gerak makan ( f) yang tersedia pada mesin bubut bermacam – macam dan menurut tingkat yang telah distandarkan, misalnya : …, 0.1, 0.112, 0.125, 0.14, 0.16, … ( mm / (r) ).

Elemen dasar dari proses bubut dapat diketahui atau dihiutng dengan menggunakan rumus. Kondisi pemotongan ditentukan sebagai berikut,

Benda Kerja : do = diameter mula ( mm ),

dm = diameter akhir ( mm ),

lt = panjang pemesinan ( mm ),

Pahat : kr = sudut potong utama ( ° ),

γo = sudut geram ( ° ),

Mesin Bubut : a = kedalaman potong ( mm ),

a = ( do – dm ) / 2 ( mm ), ..................................... ( 2.1 )

f = gerak makan ( mm / (r) ),

n = putaran poros utama ( benda kerja ) ( (r) / min ).

Elemen dasar dapat dihitung dengan rumus – rumus berikut,

1. Kecepatan Potong

v = π.d.n / 1000 ( m / min ), ................................ ( 2.2 )

Gambar 3.1 Proses Bubut

Dimana, d = diameter rata – rata*, yaitu ,

d = ( do + dm ) / 2 – do ( mm ), ……………( 2.3 )

*Atau diameter mula do, karena perbedaan do dengan dm relative kecil.

2. Kecepatan Makan

( mm / min ), …………………………….( 2.4 )

3. Waktu Potong

tc = lt / vf ( min ), ………………….………………( 2.5 )

4. Kecepatan Penghasilan Geram : Z = A . V

Dimana, penampang geram sebelum terpotong A = f . a ( mm2 )…………….... ( 2.6 )

Maka Z = f.a.v ( cm3 / min ), …………………………….…( 2.7 )

Sudut potong utama ( kr, principal cutting edge angle ) yaitu merupakan sudut antara mata potong mayor ( proyeksinya pada bidang referensi ) dengan kecepatan makan vf. Besarnya sudut tersebut ditentukan oleh geometri pahat dan cara pemasangan pahat pada mesin perkakas ( orientasi pemasangannya ). Untuk harga a dan f yang tetap maka sudut ini menentukan besarnya lebar pemotongan ( b, width of cut ) dan tebal geram sebelum terpotong ( h, undeformed chip thickness ) sebagai berikut :

o Lebar Pemotongan

b = a / sin kr ( mm ), ……………………….……( 2.8 )

o Tebal Geram Sebelum Terpotong

h = f sin kr ( mm ), ……………………….…………( 2.9 )

Dengan demikian, penampang d\geram sebelum terpotong dapat ditulis sebagai berikut :

A = f . a = b . h ( mm2 )

Perlu dicatat bahwa tebal geram sebelum terpotong ( h ) belum tentu sama dengan tebal geram ( hc, chip thickness ) dan hal ini antara lain dipengaruhi oleh sudut geram ( γo ), kecepatan potong dan material benda kerja.

Gambar 3.2 Mesin Bubut ( Lathe )

Teori & Teknologi Proses Pemesinan, Taufiq Rochim 1993

elemen dasar proses pemesinan

Elemen Dasar Proses Pemesinan

Lima Elemen dasar proses pemesinan, yaitu :

  1. Kecepatan potong ( cutting speed ) : v ( m / min ),

  2. Kecepatan makan ( feeding speed ) : vf ( mm / min ),

  3. Kedalaman potong ( depth of cut ) : a ( mm ),

  4. Waktu pemotongan ( cutting time ) : tc ( min ),

  5. Kecepatan penghasilan geram ( rate of metal removal ) : Z ( cm3 / min ).

Elemen proses pemesinan ( v, vf, a, tc, dan Z ) dihitung berdasarkan dimensi benda kerja dan / pahat serta besaran dari mesin perkakas. Besaran mesin perkakas dapat diatur ada bermacam – macam tergantung pada jenis mesin perkakas. Maka, rumus yang dipakai untuk menghitung setiap elemen proses pemesinan dapat berlainan.

Teori & Teknologi Proses Pemesinan, Taufiq Rochim 1993


klasifikasi proses pemesinan

Klasifikasi Proses Pemesinan

Menurut jenis kombinasi dari gerak potong dan gerak makan, maka proses pemesinan dikelompokan menjadi 7 macam proses yang berlainan, yaitu :

  1. Proses Bubut ( Turning ),

  2. Proses Gurdi ( Drilling ),

  3. Proses Freis ( Milling ),

  4. Proses Gerinda Rata ( Surface Grinding ),

  5. Proses Gerinda Silindrik ( Cylindrical Grinding ),

  6. Proses Sekrap ( Shaping, Planing ), dan

  7. Proses Gergaji atau Parut ( Sawing, Broaching ).

Menurut jenis mesin perkakas yang digunakan, yaitu :

Jenis Proses

Mesin Perkakas

Bubut ( Turning )

Mesin Bubut ( Lathe )

Gurdi ( Drilling )

Mesin Gurdi ( Drilling Machine )

Sekrap ( Shaping, planning )

Mesin Sekrap ( Shaping Machine ) dan Mesin Sekrap Meja ( Planing Machine )

Freis ( Milling )

Mesin Freis ( Milling Machine )

Gergaji ( Sawing )

Mesin Gergaji ( Sawing Machine )

Koter / Pelebaran Lubang ( Boring )

Mesin Koter ( Boring Machine )

Parut ( Broaching )

Mesin Parut / Mesin Broc ( Broaching Machine )

Gerinda ( Grinding )

Mesin Gerinda ( Grinding Machine )

Asah ( Honing )

Mesin Asah ( Honing Machine )

Asah Halus ( Lapping )

Mesin Asah Halus ( Lapping Machine )

Asah Super Halus ( Super Finishing )

Mesin Asah Super Halus / Mesin Asah Kaca ( Super / Mirror Finishing )

Kilap ( Polishing & Buffing )

Mesin Pengkilap ( Polisher & Buffer )

Teori & Teknologi Proses Pemesinan, Taufiq Rochim 1993